Tugas 7_BAB 7 Manusia Makhluk Peneliti

7.1 Dasar Kewajiban Melakukan Penelitian

Sejak awal kenabiannya, Allah menuntut calon Nabi, Muhammad saw, untuk melakukan kegiatan pembacaan (iqra). Allah menuntut calon Nabi, Muhammad saw, untuk melakukan kegiatan pembacaan (iqra) sejak awal tugas kenabiannya. Pemberitaan tentang konsep penciptaan berupa kalimat jawaban (mendasar) adalah “Khalaqal insaana min ‘alaq” (“Manusia diciptakan dari segumpal darah”), yang memerlukan pengkajian mendalam. Hal itu terkait dengan paparan pada ayat Allah lainnya yang menjelaskan tentang proses tahap-tahapan penciptaan itu. Itulah dasar penelitian yang utama. Penelitian bisa berlanjut dengan hal-hal yang lebih jauh dari dirinya, tentang hal amat besar maupun amat kecil. Tuntutan Allah selalu berawal dari sesuatu yang sangat dekat dengan manusia. Oleh karena itu, sebelum mencari tahu tentang sesuatu yang jauh di luar jangkauan, akan lebih baik mengolah pengetahuan yang terkait dengan hal-hal yang dekat dengan lingkungan, mulai dari diri sendiri, keluarga terdekat, berlanjut menuju lingkungan yang lebih luas. Pembangunan sistem pemeliharaan diri berbasis keluarga-keluarga menjadi pola pembinaan keimanan dalam Islam.

7.2 Kewajiban Meneliti dan Derajat Manusia di Sisi Allah

Allah telah menjanjikan bahwasanya ‘derajat orang yang memiliki ilmu akan lebih tinggi dibanding orang yang tidak memiliki ilmu’, dan hal ini sudah dibuktikan berkali-kali. Kejadian dimana orang kafir yang sadar ilmu lebih tinggi derajatnya dibandingkan mereka yang muslim tapi tidak sadar ilmu sangat sering kita jumpai. Hal ini merupakan bukti bahwa janji Allah itu benar adanya. Allah menurunkan ilmu kepada siapa saja yang siap dan mau mengelolanya. Hal ini tidak dibatasi kepada mereka yang beriman semata. Tetapi untuk mencapai kekuasaan dan kebahagiaan dunia dan akhirat, harus menyertai dua hal utama yaitu ilmu dan iman. Iman menjadi hal utama ketika ingin meraih derajat terbaik di sisi Allah Swt.

7.3 Kewajiban Menerapkan Pendekatan Islami dalam Kegiatan Ilmiah

Al-Quran adalah sumber acuan yang kebenarannya mutlak, tidak perlu diuji ulang, tidak perlu dipertanyakan. Semua isi Al-Quran telah mendapat jaminan dari Allah, Pencipta dan Pemelihara Alam serta segala isinya, tentang kebenarannya yang mutlak. Tetapi, masih banyak ummat Islam yang ragu tentang keimanannya terhadap kebenaran mutlak Al-Quran. Atau, ada sejumlah ummat Islam yang masih memiliki anggapan bahwa Al-Quran hanyalah kitab keagamaan yang tidak terkait dengan masalah duniawi, apalagi teknologi (kebanggaan para modernis). Isi Al-Quran mencakup segala segi ilmu pengetahuan yang akan dan telah ditemukan oleh manusia. Penemuan-penemuan masa kini telah tercatat lebih awal dalam kandungan AlQuran. Ilmu fisika yang mempertanyakan alam dan isinya, telah bagitu jelas tercatat dalam Al-Quran bagaimana Allah mengatur semua benda alam itu dengan posisi dan kelengkapan aturan-Nya.

7.4 Tuntutan Allah dalam Wahyu Pertama

sebagai pemilik segala ilmu pengetahuan. Allah swt menurunkan ilmu kepada manusia hanya sedikit saja agar manusia memngembangkan ilmu Allah yang sebenarnya mahaluas. Oleh karena itu, pada dasarnya, setiap ilmu lahir secara Islami dan tidak sekuler serta tidak mengarah kepada kekufuran. Banyak tafsir yang dilakukan oleh para ulama tentang peprintah Iqra kepada Nabi Muhammad saw. Dari sejumlah tafsir yang diuraikan oleh para ulama, dapat diambil dua inti persoalan yang menjadi tuntutan dalam perintah Iqra: Pertama, bacalah ayat-ayat Allah sebagai kalamullah yang termaktub dalam Al-Quranul Karim (al-Aayaat al-Qauliyyah). Kedua, bacalah ayat-ayat Allah yang tercipta dan terbentang di alam semesta (al-Aayaat al-Kauniyah).

7.5 Perlukah Islamisasi Sains?

Ilmu Allah adalah ilmu yang Islami. Semua hasil olahan ilmu Allah, pada awal pengolahan dan hasilnya, mengusung sifat Islami. Allah memberi kebebasan kepada siapapun untuk mendapatkan ilmu Allah untuk memanfaatkan dan merasakan nikmat hasil mengolah ilmu Allah. Sains dan teknologi adalah bentuk hasil olah ilmu yang telah Islami karena semua bersumber dari ilmu Allah swt. Ilmu dan keimanan keduanya saling terikat. Keberimanan termasuk amal shalih sebagai bentuk pernyataan eksistensi iman di dalam diri seseorang yang sangat memerlukan dukungan ilmu. Beriman tanpa berilmu, lebih banyak dipenuhi perilaku taqlid, ikut-ikutan, atau membebek. Di dalam Al-Quran disebutkan gambar perilaku para pembebek sebagai orang-orang yang patuh dan taat kepada sistem “aabaauhum”. Praktisi sains dan teknologi adalah manusia yang memiliki latar belakang kondisi tertentu. Semua benda yang dirancang oleh manusia berdasarkan bimbingan ilmu Allah swt yang pada awalnya untuk mendaangkan kemaslahatan manusia sendiri, namun manusia bisa menentukan sehinigga hal ini mengarahkan manusia kepada kondisi perubahan-perubahan. Oleh karena itu, bimbingan dan pedoman selalu diperlukan oleh manusia agar manusia bisa memaslahatkan hidupnya dan lingkungannya. Sains dan teknologi selama ini telah dipisahkan dari nilai-nilai agama. Melalui sains manusia tidak akan mendapatkan kebenaran mutlak.